Senin, 26 Agustus 2024

Belajar Melayani Pelanggan

Sebulan lebih 100% bertanggung jawab atas operasional Kala Kebab & Shawarma, saya banyak belajar mengenai melayani pelanggan dari kegiatan ini. Alhamdulillah, sampai saat ini kami masih bisa mempertahankan ulasan 4.9⭐ dari 5⭐. Tidak mudah, tapi bisa dilakukan dan dipelajari.

Dengan menjalani peran ini, saya dengan senang hati melakukan kegiatan operasional dari hulu ke hilir. Setidaknya, ada beberapa hal yang saya perhatikan harus dilakukan untuk membuat ulasan resto kami stabil dengan banyaknya pesanan yang masuk.

1. Patuh pada SOP: waktu persiapan dan pesan sambutan.

Setidaknya ada 2 hal penting yang wajib kami lakukan ketika ada pesanan masuk. Yang pertama adalah waktu persiapan. Kami yakin, semua orang yang pesan di ojek daring, pasti ingin makanannya segera datang. Karena itu, sebisa mungkin persiapan yang dilakukan tim dapur tidak lebih dari 10 menit. Kedua, semua pesanan yang masuk pasti akan kami berikan ucapan terima kasih melalui pesan di aplikasi. Saya perhatikan, pesan yang hanya bisa dimulai oleh resto ini biasanya digunakan untuk mengonfirmasi jika ada pesanan yang kosong. Oleh kami, layanan ini kami manfaatkan untuk mengirim terima kasih yang personal pada pemesan. Tak lupa kami sisipkan pengingat untuk memberi rating pada resto di akhir pesan.

2. Berikan yang terenak, dan terbaik

Pernah suatu hari, kami lupa atas tambahan pesanan dari salah satu pemesan. Saya, waktu itu sampai harus menelepon ke layanan pelanggan karena ingin mengontak si pemesan. Kala itu, saya tidak bisa langsung mengontak karena pesanan sudah selesai, dan kami baru ingat. Walaupun akhirnya yang bersangkutan mengatakan tidak perlu refund (nilai tambahannya hanya Rp2.000) atas kelalaian ini, kami tetap memberikan kompensasi berupa voucer untuk pesanan selanjutnya. Kami harap, iktikad ini bisa dianggap sebagai cara kami untuk memberikan bukan hanya makanan terenak, tapi juga pelayanan terbaik.

3. Berdoa untuk yang tak bisa dihindari

Selama bulan Juli saja, sudah ada sekitar 5–10 order fiktif atau driver yang tak mengambil pesanan di Kala Kebab & Shawarma. Hal ini sangat merugikan resto. Kami hanya diberikan kompensasi 40% dari nilai pesanan, atas pesanan yang sudah siap. Tapi sebagai resto, kami tetap akan menyiapkan makanan secepat mungkin, segera setelah pesanan masuk. Selanjutnya, kami hanya bisa berdoa agar hal ini tidak terjadi lagi.


Senin, 19 Agustus 2024

Kembali ke Nol, Agar Tidak Minus

Beberapa waktu lalu, saya melihat video dari Chikology di Twitter (Saat ini, X. Saya lebih nyaman menyebut Twitter). Katanya, jangan takut kalau kita merasa sedang kembali lagi ke titik nol. Karena, nol itu bukan titik terendah.

Setelah saya simak videonya, Ia mengibaratkan nol sebagai titik tengah. Di antara angka positif dan negatif. Durasi videonya tak terlalu panjang. Tapi, saya benar-benar terenyuh dengan isinya–yang membuat saya berkontemplasi dengan waktu yang tak sebentar. Jika diibaratkan dengan karir, kita sering mengira PHK/layoff adalah titik terendah sebuah perjalanan karir. Terutama, jika setelah itu harus menunggu beberapa waktu sampai mendapatkan pekerjaan baru. Harus berusaha kembali melamar-lamar, wawancara dengan calon perusahaan baru.

Memang, kondisi seperti ini banyak diibaratkan dengan titik terendah. Namun, setelah menonton video Chikology tadi, saya semakin yakin bahwa kondisi ini lebih ideal disebut sebagai titik tengah. Sebagai Hamba Allah Tabarakawata’ala, saya yakin betul hal ini sudah tertulis dalam Lauhul Mahfudz, bahkan mungkin sebelum saya lahir ke dunia ini. Kembalinya kita (termasuk saya, saat ini) ke titik ini, sebagai momen untuk kita kembali menetralisasi hal-hal yang sebelumnya “kurang baik” untuk kita.

  • Apakah sudah cukup waktu kita untuk anak dan istri?
  • Apakah sudah cukup waktu kita untuk keluarga dan orang tua?
  • Apakah sudah cukup waktu kita untuk beribadah pada Allah yang Maha Kuasa?

Kita mungkin terasa berjalan cepat mengejar karir dan urusan dunia lainnya, namun perlu diingat, usia kita dan orang-orang tercinta juga terus berjalan. Orang tua kita terus menua, serayanya kita terus-terusan bekerja.

Tentu saja, titik nol bukanlah titik yang nyaman untuk semua orang–bahwa ada biaya hidup dan tanggung jawab yang terus berjalan. Tapi, saya percaya bahwa semakin baik kita merefleksi, insyaAllah, semakin baik jalan kita untuk terus ke titik positif. 😊


Senin, 12 Agustus 2024

Mengidam Kebab

Sudah berjalan sebulan lebih, Kala Kebab & Shawarma buka 24 jam nonstop selama 7 hari sepekan. Selama itu, sudah 2 kali kami membantu memenuhi kebutuhan ibu hamil yang mengidam.

Kali pertama, beberapa menit sebelum salat subuh, tiba-tiba ponsel toko berbunyi. Ada pesan masuk bertanya apakah resto kami masih buka. Benak saya sempat skeptis ketika membaca pesan itu. Karena, ini pertama kalinya terjadi. Biasanya, kalau ada yang beli, ya, langsung saja datang. Tapi, hati saya merasakan hal sebaliknya. Saya pun tetap menyiapkan pesanan sesuai yang diminta. Ada kehangatan ketika menyiapkan pesanan ini dan benar saja, tak selang beberapa lama, Kak Mawar (nama saya samarkan) pun datang bersama suaminya.

Pesan masuk ke WhatsApp resto kami.

Setelah selesai bertransaksi, saya sempat menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Kak Mawar. Berterima kasih karena sudah memesan. Karena kepo, saya akhirnya juga menanyakan dari mana Kak Mawar datang. Ketika dijawab, saya tambah kaget. Ternyata, ia datang dari lokasi yang berjarak kurang lebih 15km dari resto kami.


Pesanan masuk dari Go-food dengan catatan
Lalu, kemarin juga ada pesanan masuk dari ibu hamil. Kali ini, pesanan masuk via Go-food. Ia memberikan catatan untuk tidak menggunakan saus mayones pada pesanannya. Selain memenuhi catatannya, tak lupa juga kami kirimkan sedikit pesan dan doa ke beliau.

Doa dari kami

Sampai sekarang, kehangatan-kehangatan itu masih terasa. Saya berharap kami akan terus siap menyiapkan makanan yang halal dan tayib untuk teman-teman yang bingung makan apa ketika dini hari menjelang. 😊


Senin, 29 Juli 2024

Setali Tiga Uang

Setelah sekian lama berlalu lalang di dunia korporasi, saya akhirnya kembali menjadi pedagang purna waktu. Apa pun nama kerennya, entrepreneur, businessman, atau istilah-istilah fancy lainnya. Hampir sebulan menjalani hal ini, saya menyadari bahwa antara bahwa kedua bidang ini setali tiga uang. Mau pebisnis dan pekerja, keduanya memiliki tanggung jawab masing-masing yang tak mendegradasi antara satu dan lainnya.

Mungkin opini saya ini bisa berbeda dengan yang lain. Tapi, ada satu hal kebiasaan yang sepertinya membekas dari pekerjaan saya yang terakhir sampai saat ini: terlalu sering membuka laporan penjualan. Hal ini sebenarnya tentu saja memiliki tujuan. Saya selalu mengusahakan agar penjualan hari ini tak kurang dari penjualan kemarin.

Tangkapan layar laporan pekanan di Gobiz

Tapi, tentu saja dalam dunia penjualan makanan, hal ini tak serta merta sama dengan dunia penjualan yang saya hadapi di dunia pekerjaan. Dulu, kalau masih kurang dari target saya bisa buka rekap dan kembali menghubungi leads-leads lama. Kalau sekarang, tentu saja yang bisa dilakukan adalah mengubah-ubah rencana marketing yang dilakukan, dan hasilnya baru bisa dilihat beberapa hari kemudian.


Untuk mengakhiri tulisan ini, saya selalu memiliki prinsip yang sama: tak semua orang punya pekerjaan, namun sudah pasti semua orang punya rezekinya masing-masing.  


“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (Hud: 6)


Rabu, 10 Juli 2024

Pemadam Kelaparan

Semenjak satu pekan lalu, saya memulai mimpi ambisius: membuka Kala Kebab & Shawarma selama 24 jam dan 7 hari nonstop.

***

Hal ini berawal dari saya yang beberapa bulan lalu tidak sengaja membuka toko sampai dini hari. Saat itu, saya cuma ingin cek ombak aja. Tiba-tiba, sekiranya pukul 00.30, ada pesanan yang masuk. Agak kaget karena sebenarnya, kami sudah siap-siap tutup. Sayur mayur sudah masuk kulkas, daging pun sama. Setelah pesanan masuk, saya langsung memanaskan kembali panggangan dan menyiapkan sayur-mayur. Untuk melayani pesanan yang masuk ini. Saat selesai, sepertinya driver Grab yang bertugas mengantar pesanan ini agak bingung menemukan outlet Kala Kebab & Shawarma. Ternyata, saya lupa menyalakan lampu penanda outlet. Maaf ya, Pak. 😅

Selepas 1 Juli, saya kembali “mengurus” operasional Kala Kebab & Shawarma. Teringat momen sebelumnya, saya akhirnya memutuskan untuk membuka outlet sepanjang 24 jam, selama 7 hari nonstop. Untuk mengelola proyek ambisius ini, tidak ada tim yang akan berjaga malam hari. Mulai waktu malam sampai pagi, saya sendiri yang akan menjaga dan menyiapkan. Karena proyek /Pemadam Kelaparan/ ini memang keinginan saya, jadi pasti saya adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab atas semuanya.

Jadwal buka Kala Kebab & Shawarma sepanjang pekan

Akhirnya, sudah sepekan lebih, kami buka 24 jam. Hasilnya? perbandingan pesanan antara pukul 8.00–20.00 dengan 21.00–05.00 adalah 1:2. Artinya, pada dini hari malah pesanan yang masuk 2 kali lebih banyak dibanding waktu buka normal. Saya tidak tahu penyebab pastinya, tapi saya prediksi karena pertandingan Euro 2024 yang banyak berlangsung pada selepas malam hari, termasuk tadi malam (10 Juli 2024). 

Salah satu pesanan tadi malam.

Karena hal ini, saya jadi bisa bangun untuk salat malam sekaligus menyelesaikan pertandingan Spanyol melawan Prancis, yang diwarnai gol indah Lamine Yamal semalam. Kalau teman-teman, biasanya apa alasan untuk pesan makanan larut malam?


Jumat, 05 Juli 2024

Dari Korporat ke Gerai Kebab

Saya pernah dengar ada seseorang berbicara: “Kamu harus punya satu pekerjaan yang juga hobi. Agar hidup bukan melulu tentang uang, dan tak bosan-bosan amat.”

*****

Kembali ke Ramadan 1444 Hijriah, saya waktu itu sedang “jeda” sebentar dari dunia korporasi. Muncullah keinginan ingin menyalurkan hobi saya–memasak, pada kegiatan yang lebih menghasilkan. Waktu itu, saya terpikirkan 2 menu: nasi goreng dan kebab/shawarma. Untuk menyiapkan nasi goreng, saya harus membuat bumbu yang sudah diracik sebelumnya. Sampai-sampai, saya harus masuk ke grup Facebook yang berisi penjual nasi goreng se-Indonesia. 😂


Saya menemukan kesulitan ketika meracik bumbu itu. Saya ingat banget, waktu itu meracik bumbu mulai pukul 7 malam, sampai hampir setengah 1 dini hari. Bumbu raciknya sudah jadi, tapi saya memutuskan untuk tidak melanjutkan, setelah berpikir jika bumbunya habis, maka saya harus melanjutkan meracik bumbu lagi.

Masuk ke menu kedua, kebab dan shawarma. Untuk menu ini, saya merasa cukup mudah. Kuncinya menurut saya ada di 2 hal: daging dan saus. Karena itu, saya fokus mencari formulasi yang tepat untuk daging dan sausnya. Sampai akhirnya, setelah makan kebab di berbagai tempat, saya mendapat formulasi dan supplier yang tepat untuk bahan-bahan kebab saya. 

Kalau saya boleh cerita sedikit terkait rahasia dapur, saya meracik daging kebab dan shawarma dengan rempah-rempah yang terinspirasi dari resep Arab-Turki. Sedangkan, khusus untuk shawarma, saya menggunakan saus toum yang sering disebut sebagai saus bawang putih Lebanon. Kalau cerita lebih banyak mengenai rahasia dapur, nanti rasa kebab dan shawarma saya jadi nggak kejutan lagi, kan?

Akhir kata, jika ada yang ingin pesan “Kala Kebab & Shawarma”, silakan. Kami punya 2 varian menu aja: kebab dan shawarma. Outlet kami ada di Tangerang. Kalau teman-teman berada di Tangerang dan mau pesan yang bisa dimakan langsung, bisa pesan via Grabfood atau Go-food. Kalau ingin pesan versi beku (frozen), langsung meluncur ke Tokopedia kami.