Sabtu, 22 Juni 2019

Apakah kita puber (bahasa) asing?


Tahun lalu, saya bisa dibilang mahasiswa aktif organisasi. Aktif organisasi di sini, artinya saya terlibat aktif di organisasi kemahasiswaan resmi kampus. Tepatnya, aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga. Jadi, mau tidak mau saya aktif di seluruh kegiatan organisasi baik yang sifatnya gerakan maupun pemikiran.

Organisasi, apapun bentuknya pasti punya program. Apapun juga bentuk programnya. Biasanya, program-program itu ada persiapan pra-kegiatan sampai nanti di paska-kegiatan. Hal wajib yang dilakukan saat pra-kegiatan adalah wara-wara.  Pada fase ini, biasanya yang dilakukan adalah penyebaran poster, spanduk, dan materi promosi lainnya.

Nah, fase ini yang mau saya bicarakan pada tulisan ini. Di fase penyebaran-penyebaran ini, saya sering sekali nemuin frasa yang harusnya bisa digunakan dengan bahasa Indonesia.  Salah satu contohnya adalah: open donasi dan open rekrutmen.

Merasa aneh? 
Saya sih, iya. 

Dalam ilmu kebahasaan (dalam hal ini, sosiolinguistik), sebetulnya fenomena campur-campur bahasa gini adalah sebuah fenomena yang wajar dan bahkan ada kajian keilmuannya. Tapi, saya rasa, motivasi di belakang penggunaan bahasa ini bukan seperti yang dikaji dalam sosiolinguistik. Tapi, puber bahasa.

Saya bilang fenomena semacam ini sebagai puber bahasa karena penggunaan ini didasari agar merasa terbarukan (up to date) dan keren. Padahal, frasa ini sering buat kita bingung. Mari kita teliti dari segi kebahasaan.

Open donasi.
Yang dimaksudkan disini, ngasih informasi bahwa kegiatan donasi ini adalah donasi terbuka yang bisa diikuti oleh semua orang, atau bahwa kegiatan donasi ini sudah dibuka? bias bukan? 

Penggunaan kalimatnya:
1. Open donasi! Silakan sumbangkan donasi anda ke rekening di bawah ini; atau,
2. Eh, saya sudah open donasi untuk kegiatan kita. Jangan lupa menyumbang, ya.

Contoh yang sama juga bisa kita terapkan pada kasus open rekrutmen. Sama biasnya.

Ini saran saya, agar wara-wara yang harusnya bikin kegiatan kita banyak diperhatikan khalayak, tidak jadi mispersepsi: daripada menggunakan open donasi, lebih baik gunakan frasa donasi terbuka, daripada open rekrutmen, lebih baik rekrutmen terbuka. Sifat katanya jelas sebagai nomina. Jadi jelas, bukan?

Mari kita open discussion terkait topik ini! 😀


Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing. Bisa Bahasa.

0 komentar:

Posting Komentar